Lelah.
Ya, lelah. Bukankah kita sering mengucapkannya? Sering merasakannya? Apapun
namanya. Mungkin dinamai dengan letih, capek. Intinya itu jugakan? Kalau
didefinisikan agak sulit menjelaskannya. Yang jelas lelah itu adalah ketika
diri merasakan harus beristirahat sejenak atau dalam jangka lama karena
mendapatkan beban yang berlebih. Itu definisi sederhananya. Entahlah jika di
KBBI bukan begitu.
Jadi
simpelnya bisa dikatakan kita boleh merasakan lelah jika kita sudah mendapatkan
beban berlebih, sehingga perlu istirahat. Sebagai contoh, kita butuh istirahat
setelah kita menjalani aktivitas seharian. Maka kita pun tidur dimalam hari. Atau
lainnya, petani yang sudah bekerja seharian di kebun sehingga ia perlu
istirahat mengembalikan tenaganya.
Ada
hal menarik setelah kita uraikan definisi dan contoh lelah. Apakah kita
istirahat setelah menjalani aktivitas atau pak tani istirahat setelah bekerja
seharian di kebun itu karena lelah? Atau karena ingin menyegarkan tubuh sejenak
agar bisa beraktivitas kembali? Maka kemungkinan besarnya adalah kita istirahat
untuk sekadar menyegarkan tubuh kembali agar bisa kembali beraktivitas. Penting
diingat, lelah itu ketika kita mendapat beban berlebih. Nah, apakah kita atau
pak tani itu mendapatkan beban berlebih? Rasanya tidak, karena sudah biasa.
Hal
ini menjadi semakin menarik ketika kita hubungkan dengan diri sendiri. Bukankah
kita sering merasakan lelah? Nah, apakah lelah ini disebabkan oleh beban berat yang ditanggung? Ataukah kita saja yang
agak ‘lebay’ merasa lelah? Ada perkataan yang mungkin tak asing bagi kita. “Hidup
terasa berat karena terlalu banyak gaya”. Bisa jadi saja karena ini.
Kawan,
jujur saja dulu aku juga sering merasakan lelah. Aku lelah mengapa aku banyak
cobaan. Aku lelah kenapa hidupku banyak masalah. Aku lelah kenapa aku saja yang
diberikan mssalah seperti ini. Mengapa tidak orang lain? Mengapa banyak
keinginanku tak tercapai? Kalau sudah banyak lelahnya, ujung-ujungnya pasti
merasa muak. Namun, semakin bertambah usia aku semakin sadar. Aku lelah kenapa?
Emang udah ngerjain apa kok lelah? Rasanya nggak ngapain-ngapain kok lelah? Hei,
orang yang sudah sibuk melakukan banyak hal saja tak ada kata lelah dari
dirinya.
Kawan,
coba kita pikirkan. Pantaskah diri kita menyebut kita lelah? Kalau bicara
lelah, bukankah harusnya dulu nabi bersama sahabatnya diperiode Makkah lebih pantas
mereka mengatakan lelah? Lihatlah, dimasa itu mereka harus mendapatkan
penyiksaan yang berat. Kurang beratkah siksaan Bilal yang ia habis dicambuk,
dipukuli, ditindih pakai batu ditengah padang pasir yang sangat panas. Dan itu
dilakukan berulang-ulang. Kurang beratkah kehidupan Sumayyah yang habis
dipukuli dan dijemur ditengah teriknya cuaca di arab hingga ia harus meregang
nyawa dengan tusukan yang memilukan? Tapi mereka tidak merasa lelah kawan,
mereka malah bersabar. Ya, sabar yang sulit dicari tandingannya. Semakin disiksa
semakin tampak surga dimata mereka. Atau kisah Salman al-Farisi yang mencari
kebenaran iman. Ia harus pergi meninggalkan orangtuanya. Ia pergi ke negeri
antah-berantah. Ditipu, dijual menjadi budak. Lalu mengapa ia tidak mengatakan?
“Ah, sudahlah aku sudah lelah. Bahkan jika kita uraikan satu-satu kisah sahabat-sahabat
nabi yang mulia, teramat mulialah mereka.
Atau
kisah dari sahabat nabi hingga masa kesultanan Turki Utsmani untuk meruntuhkan
tembok Konstantinopel. Mengapa tidak ada dari mereka yang mengatakan lelah? Atau
lebih kecilnya lagi. Ketika Sultan Muhammad al-Fatih melakukan mengepungan
untuk merobohkan Konstantinopel. Pengepungan yang berlangsung selama
berbulan-bulan itu bukankah sesuatu hal yang membosankan dan melelahkan? Tapi mengapa
mereka tetap bertahan? Bukankah itu satu hal yang penting untuk kita renungkan.
Bahkan
dimasa kita ini. Bukankah mujahidin yang ada di Palestina, Suriah, Afghanistan,
atau negeri manapun, mereka lebih layak untuk mengatakan lelah? Lihatlah mujahidin
di Palestina yang tiada habisnya digempur zionis Israel. Tapi mereka tetap
teguh mempertahankan Masjidil Aqsa. Kalau tidak, entah bagaimana jadinya Masjidil
Aqsa kita. Begitu juga mujahidin di Suriah. Anak-anak disana untuk sekolah saja
sulit. Rumah mereka habis digempur pasukan Bassar Asad bersama pasukan Syi’ah
lainnya. Tiada habisnya. Tapi tetap saja tetap teguh dan sabar. Pantaslah mereka
menjadi makhluk akhir zaman terbaik. Aduhai, malulah diri.
Kini,
pantaskah diri merasa lelah? Apa yang sudah dilakukan untuk agama ini sehingga
merasa lelah? Berapa banyak pengorbanan yang sudah diberikan sehingga merasa
lelah? Berapa siksaan yang telah diterima sehingga merasa lelah? Adakah keluarga
atau sahabat yang harus meregang nyawa demi perjuangan ini sehingga merasa
lelah? Kalau semua jawabannya tidak ada, lalu mengapa merasa lelah? Sedangkan mereka
yang sudah begitu banyak berkorban tak ada mengatakan dirinya lelah.
Kawan,
harusnya kita lelah karena diri ini masih banyak bermaksiat kepada Allah. Kita lelah
karena hidup yang dijalani banyak yang tak bermanfaat. Kita lelah hidup kita
banyakan tidur daripada bekerja. Kita lelah dengan aktivitas yang tak
bermanfaat. Kita lelah karena belum memberikan apa-apa pada umat ini. Kita lelah
karena begitu malas dalam menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Kita lelah karena
belum bisa ta’at pada Allah dan RasulNya. Kita lelah dalam posisi itu. Karena jika
kita lelah dengan kondisi itu, kita ingin beristirahat dan meninggalkan semua
kondisi itu. Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik. Kita
akan mengerjakan apapun yang bisa dilakukan untuk umat ini. Kita ingin
berkontribusi sekecil apapun itu.
Namun,
jika diri masih merasakan lelah. Sudah bosan dengan semua keadaan. Tak mau lagi
mengerjakan apapun. Hidupnya tinggal rutinitas belaka. Sadarlah diri, bahwa
kita Allah larang untuk berputus asa dari rahmat Allah. Ingatlah, manisnya
perjuangan dipetik setelah berlelah-lelah dan berpeluh. Karena tak ada surga
bagi orang yang hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa. Sadarilah, pekerjaan yang harus dilakukan lebih banyak dari waktu yang tersedia. Hentikan berkata aku sudah lelah, dan aku ingin istirahat. Karena istirahat yang hakiki itu hanya di surga. Agar diri tetap
termotivasi ketika sedang malas, merasa lelah atau apapun. Pikirkanlah, saya
sudah melakukan apa?
Salam Hangat
Sastrawan Tarigan
0 comments:
Post a Comment