Tuesday, December 1, 2015

Kita dan Yatim


Anak yatim, tentu kita sudah tahu definisinya tanpa perlu penjelasan lebih lanjut.  Mereka ada banyak jumlahnya di sekeliling kita. apakah disadari atau tidak. Mereka manusia-manusia istimewa yang Allah anugrahkan untuk hadir di sekeliling kita. Sayangnya, jangankan engkau, aku sendiri pun kurang memperhatikan anugrah itu kawan. Mengapa dia kusebut istimewa dan anugrah? Baiklah izinkan aku menjelaskan sedikit, yang aku sendiri juga baru menyadari.
Mereka telah kehilangan orangtuanya diusia dini.  Kita saja terkadang ketika kehilangan suatu barang saja begitu sedihnya. Bagaimana dengan dia yang harus kehilangan sosok ayah? Ayah yang menjadi sosok teladan, penanggung jawab keluarga, serta menjadi pelindung. Bahkan banyak diantaranya tak sempat mengenal siapa ayahnya.

Mengapa ia menjadi istimewa? Karena ia mampu menanggung beban yang berat itu kawan. Ia harus belajar sendiri tanpa ada sosok teladan seorang ayah. Ia harus menghadapi kerinduan mendalam pada ayahnya kawan. Ia harus memendam semua rasanya dalam-dalam. Bukankah itu menyakitkan? Hei tapi llihat, mereka berhasil melewatinya. Bahkan banyak diantaranya menjadi sosok-sosok luar biasa, setelah melewati masa-masa menyakitkan itu.
Hanya sekadar itu? Ada yang lebih istimewa kawan. Mereka itu makhluk yang dimuliakan Allah. Lihatlah bagaimana Allah memerintahkan kita untuk memuliakan mereka. Hanya makhluk mulia disisi Allah yang harus kita muliakan. Lihatlah, Allah memerintahkan kita untuk menyantuninya. Allah larang kita untuk menghardik anak yatim. Allah perintahkan kita untuk menyayanginya. Allah perintahkan kita untuk memliharanya. Allah sebutkan orang yang menghardiknya sebagai pendusta agama. Allah marah jika kita menghardiknya dan tidak memberikan hak mereka. Perhatikanlah, yang menghardiknya dianggap pendusta agama. Kurang muliakah mereka?
Kawan, mereka ada diantara kita bukan untuk diabaikan. Mereka ada pasti Allah ingin memberikan pengajaran. Coba pikirkan. Bagaimana jika yatim itu adik kita? bagaimana jika yatim itu anak kita kelak? Atau bahkan bagaimana jika yatim itu adalah diri kita sendiri? Bagaimana rasanya? Allah letakkan mereka diantara kita agar kita yang masih belum menikah bisa belajar bagaimana menyayangi seorang anak. Agar orangtua sadar, bahwa anaknya bisa saja bernasib seperti mereka. Agar kita bisa melembutkan hati. Semakin peka terhadap sekeliling kita. tapi lihatlah, kita masih abai.
Satu waktu aku berkesempatan berkunjung disalah satu panti asuhan. Aku bertanya profil anak-anak yang ada. Ada satu anak yang tanggal lahirnya tidak diketahui. Aku bertanya tentang dirinya. Lalu apa yang kudapat? Ia dahulu saat masih bayi ditemukan di pelataran masjid dalam kondisi demam tinggi dan kedinginan. Entah siapa yang meletakkan disitu. Dua minggu ia harus dirawat baru kondisinya normal. Kini ia sudah besar. Kawan coba bayangkan bagaimana perasaan dia ketika ia mendengar asal-usulnya. Bayangkan betapa ia merindukan pelukan dari ayah-ibunya yang entah siapa? Jangankan fotonya, namanya pun ia tidak tahu.
Kisah di atas bukanlah kisah sinetron yang rada-rada mewek yang banyak disiarkan di tv kita, dengan judul anak yang tertukar atau apalah. Ini kisah nyata kawan, bukan rekayasa yang ditambah bumbu sana-sini. Dan ini hanya satu contoh. Jika kita ingin mengecek ke banyak panti. Maka berapa kisah pilu yang harus kita dengar? Tapi mereka terus berusaha untuk terus berjuang. Oh, ya. Ketika aku menanyakan kepada anak-anak yatim itu apa cita-cita mereka, dengan serentak mereka menjawab, “ aku mau jadi mujahid”. Aku terhenyak, malu pada diri sendiri. Membatin. Aku, apa yang menjadi cita-citaku?
Untuk itu kawan, dari sedikit tulisan ini. Mungkin kita bisa merenung, memikirkan lalu membuat tindakan nyata. Sudahkah kita memedulikan sekitar kita? Pernahkah kita memikirkan perasaan anak yatim? Kita yang jauh sedikit saja dengan orangtua rasa rindunya begitu besar. Ah, apalagi dengan mereka. Bukan begitu menurutmu kawan?
Kita tak perlu menjadi kaya untuk bisa membantu. Tak perlu banyak uang bisa membantu. Hanya perlu keinginan dan niat yang kuat untuk membantu dalam bentuk apapun. Kawan, maukah engkau menyia-nyiakan mereka makhluk mulia, istimewa, dan anugrah yang Allah letakkan di tengah-tengah kita? amat merugilah kita jika tak mau mengambil banyak pelajaran dan manfaat dari mereka.
Hitunglah berapa anak yatim disekitar kita. apa yang dapat bisa kita beri pada mereka. Jangan hanya berdiam diri dan tak melakukan apapun. Lalu untuk apa semua yang ada pada kita jika hanya ingin berdiam diri saja? Tak peduli kita muda atau tua. miskin atau kaya. Asalkan kita mau berbuat ada jalan, untuk mereka anak yatim.
Setelah kita memikirkan yatim disekitar kita. kini mari pikirkan anak-anak yatim di Palestina dan Suriah. Mereka kehilangan rumah, harus mengungsi, sulit untuk sekolah. Setiap hari mereka dibombardir. Mereka harus melihat kematian orangtuanya secara tragis dengan mata kepala mereka. Dan mereka pun harus meregang nyawa, disaat usia mereka masih imut-imutnya.
Kini, mereka juga harus menghadapi musim dingin tanpa selimut, tanpa penghangat. Akankah kita tinggal diam? Akankah kita sanggup tidur nyenyak tanpa memikirkan mereka? Sanggupkah kita mengisi perut kita dengan kenyang tanpa memikirkan bagaimana kondisi mereka? Jika kita sanggup diam dan tak memikirkan serta berbuat. Aduhai, celakanya kita kawan. Dimanalah lagi letak hati nurani kita kawan. Renungkanlah kawan. Bagaimana jika anak palestina itu adik kita, dan ia harus menyaksikan bapak ibunya mati meregang nyawa secara tragis. Atau bahkan itu anak kita dan kita yang mati dihadapan dia. Apa yang dia rasakan? Kawan, seandainya kita membantunya pun. Itu takkan menghilangkan luka dihatinya yang kehilangan bapak-ibunya. Sungguh, jika kita memberi bantuan padanya. Kita bukan sedang menolong dia, tapi sedang menolong diri kita sendiri.
 Untuk pemberian donasi, hubungi saudara-saudara kita relawan garis depan sahabatalaqsha.com
Salam Hangat

Sastrawan Tarigan

0 comments:

Post a Comment