Anak
yatim, tentu kita sudah tahu definisinya tanpa perlu penjelasan lebih lanjut. Mereka ada banyak jumlahnya di sekeliling
kita. apakah disadari atau tidak. Mereka manusia-manusia istimewa yang Allah
anugrahkan untuk hadir di sekeliling kita. Sayangnya, jangankan engkau, aku
sendiri pun kurang memperhatikan anugrah itu kawan. Mengapa dia kusebut
istimewa dan anugrah? Baiklah izinkan aku menjelaskan sedikit, yang aku sendiri
juga baru menyadari.
Mereka
telah kehilangan orangtuanya diusia dini.
Kita saja terkadang ketika kehilangan suatu barang saja begitu sedihnya.
Bagaimana dengan dia yang harus kehilangan sosok ayah? Ayah yang menjadi sosok
teladan, penanggung jawab keluarga, serta menjadi pelindung. Bahkan banyak
diantaranya tak sempat mengenal siapa ayahnya.
Mengapa
ia menjadi istimewa? Karena ia mampu menanggung beban yang berat itu kawan. Ia
harus belajar sendiri tanpa ada sosok teladan seorang ayah. Ia harus menghadapi
kerinduan mendalam pada ayahnya kawan. Ia harus memendam semua rasanya
dalam-dalam. Bukankah itu menyakitkan? Hei tapi llihat, mereka berhasil
melewatinya. Bahkan banyak diantaranya menjadi sosok-sosok luar biasa, setelah
melewati masa-masa menyakitkan itu.
Hanya
sekadar itu? Ada yang lebih istimewa kawan. Mereka itu makhluk yang dimuliakan
Allah. Lihatlah bagaimana Allah memerintahkan kita untuk memuliakan mereka. Hanya
makhluk mulia disisi Allah yang harus kita muliakan. Lihatlah, Allah
memerintahkan kita untuk menyantuninya. Allah larang kita untuk menghardik anak
yatim. Allah perintahkan kita untuk menyayanginya. Allah perintahkan kita untuk
memliharanya. Allah sebutkan orang yang menghardiknya sebagai pendusta agama.
Allah marah jika kita menghardiknya dan tidak memberikan hak mereka.
Perhatikanlah, yang menghardiknya dianggap pendusta agama. Kurang muliakah
mereka?
Kawan,
mereka ada diantara kita bukan untuk diabaikan. Mereka ada pasti Allah ingin
memberikan pengajaran. Coba pikirkan. Bagaimana jika yatim itu adik kita?
bagaimana jika yatim itu anak kita kelak? Atau bahkan bagaimana jika yatim itu
adalah diri kita sendiri? Bagaimana rasanya? Allah letakkan mereka diantara
kita agar kita yang masih belum menikah bisa belajar bagaimana menyayangi
seorang anak. Agar orangtua sadar, bahwa anaknya bisa saja bernasib seperti
mereka. Agar kita bisa melembutkan hati. Semakin peka terhadap sekeliling kita.
tapi lihatlah, kita masih abai.
Satu
waktu aku berkesempatan berkunjung disalah satu panti asuhan. Aku bertanya
profil anak-anak yang ada. Ada satu anak yang tanggal lahirnya tidak diketahui.
Aku bertanya tentang dirinya. Lalu apa yang kudapat? Ia dahulu saat masih bayi
ditemukan di pelataran masjid dalam kondisi demam tinggi dan kedinginan. Entah
siapa yang meletakkan disitu. Dua minggu ia harus dirawat baru kondisinya
normal. Kini ia sudah besar. Kawan coba bayangkan bagaimana perasaan dia ketika
ia mendengar asal-usulnya. Bayangkan betapa ia merindukan pelukan dari
ayah-ibunya yang entah siapa? Jangankan fotonya, namanya pun ia tidak tahu.
Kisah
di atas bukanlah kisah sinetron yang rada-rada mewek yang banyak disiarkan di
tv kita, dengan judul anak yang tertukar atau apalah. Ini kisah nyata kawan,
bukan rekayasa yang ditambah bumbu sana-sini. Dan ini hanya satu contoh. Jika
kita ingin mengecek ke banyak panti. Maka berapa kisah pilu yang harus kita
dengar? Tapi mereka terus berusaha untuk terus berjuang. Oh, ya. Ketika aku
menanyakan kepada anak-anak yatim itu apa cita-cita mereka, dengan serentak
mereka menjawab, “ aku mau jadi mujahid”. Aku terhenyak, malu pada diri
sendiri. Membatin. Aku, apa yang menjadi cita-citaku?
Untuk
itu kawan, dari sedikit tulisan ini. Mungkin kita bisa merenung, memikirkan
lalu membuat tindakan nyata. Sudahkah kita memedulikan sekitar kita? Pernahkah
kita memikirkan perasaan anak yatim? Kita yang jauh sedikit saja dengan
orangtua rasa rindunya begitu besar. Ah, apalagi dengan mereka. Bukan begitu
menurutmu kawan?
Kita
tak perlu menjadi kaya untuk bisa membantu. Tak perlu banyak uang bisa
membantu. Hanya perlu keinginan dan niat yang kuat untuk membantu dalam bentuk
apapun. Kawan, maukah engkau menyia-nyiakan mereka makhluk mulia, istimewa, dan
anugrah yang Allah letakkan di tengah-tengah kita? amat merugilah kita jika tak
mau mengambil banyak pelajaran dan manfaat dari mereka.
Hitunglah
berapa anak yatim disekitar kita. apa yang dapat bisa kita beri pada mereka.
Jangan hanya berdiam diri dan tak melakukan apapun. Lalu untuk apa semua yang
ada pada kita jika hanya ingin berdiam diri saja? Tak peduli kita muda atau
tua. miskin atau kaya. Asalkan kita mau berbuat ada jalan, untuk mereka anak
yatim.
Setelah
kita memikirkan yatim disekitar kita. kini mari pikirkan anak-anak yatim di
Palestina dan Suriah. Mereka kehilangan rumah, harus mengungsi, sulit untuk
sekolah. Setiap hari mereka dibombardir. Mereka harus melihat kematian
orangtuanya secara tragis dengan mata kepala mereka. Dan mereka pun harus meregang
nyawa, disaat usia mereka masih imut-imutnya.
Kini,
mereka juga harus menghadapi musim dingin tanpa selimut, tanpa penghangat.
Akankah kita tinggal diam? Akankah kita sanggup tidur nyenyak tanpa memikirkan
mereka? Sanggupkah kita mengisi perut kita dengan kenyang tanpa memikirkan
bagaimana kondisi mereka? Jika kita sanggup diam dan tak memikirkan serta
berbuat. Aduhai, celakanya kita kawan. Dimanalah lagi letak hati nurani kita
kawan. Renungkanlah kawan. Bagaimana jika anak palestina itu adik kita, dan ia
harus menyaksikan bapak ibunya mati meregang nyawa secara tragis. Atau bahkan
itu anak kita dan kita yang mati dihadapan dia. Apa yang dia rasakan? Kawan,
seandainya kita membantunya pun. Itu takkan menghilangkan luka dihatinya yang
kehilangan bapak-ibunya. Sungguh, jika kita memberi bantuan padanya. Kita bukan
sedang menolong dia, tapi sedang menolong diri kita sendiri.
Untuk pemberian donasi, hubungi saudara-saudara kita relawan garis depan sahabatalaqsha.com
Salam
Hangat
Sastrawan
Tarigan
0 comments:
Post a Comment