Monday, May 4, 2015

Renungan: Sudah Berapa Kali Allah Beri Kesempatan, Kita Sia-Siakan?

     Kisah ini saya baca ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, namun hingga kini masih membekas dan selalu teringat. Kisah ini saya angkat dari cerpen berjudul Turbelensi dengan penggubahan seperlunya. Sebuah kisah yang menceritakan tentang seorang wanita yang selamat dari kecelakaan pesawat. Dan ia berjanji akan memulai kehidupan baru. Dan apa yang terjadi? Ah, sudahlah. Semoga kita dapat memetik hikmah dari cerita ini. Begini ceritanya.

     Sebut saja namanya Putri , ia seorang gadis yang cantik, tinggi, putih, dengan rambut tergerai. Keelokannya memang tak diragukan lagi. Ia bekerja sebagai pramugari disalah satu maskapai penerbangan. Ibunya adalah wanita karir. Namun sayang keluarga ini berantakan, ia tinggal sejak kecil bersama ibunya. Ayahnya ntah kemana. Ia berkeinginan menjadi wanita sukses. Makanya dia menjadi pramugari sesuai keinginannya.
     Hubungan dengan ibunya tidak harmonis, dan memang seperti itulah. Mereka hidup dengan caranya masing-masing. Putri adalah wanita yang tidak berjilbab, ia sulit sekali untuk beribadah. Dan Entah ia masih percaya akan keagungan Tuhan entah tidak. Ah, kawan terkadang kitapun begitu.




      Hari itu ia bertugas bersama pramugari lainnya dalam satu rute penerbangan. Tak ada yang aneh, semuanya berjalan biasa saja. Ia dan pramugari lainnya memberikan arahan kepada penumpang untuk memasang safety beld, di depannya ada seorang bapak dan anaknya duduk berdampingan. Bapak itu sudah tua. Wajahnya terlihat begitu cemas, anaknya mencoba memasangkan sabuk pengaman.

      "sudah bapak bilang jangan naik pesawat" si bapak berujar.
      Putri pun mendekati mereka. " tenang pak tidak papa, semua akan baik-baik saja", ia coba menenangkan.
      "Ia maaf mbak, bapak belum pernah naik pesawat, jadi bapak sangat cemas". anaknya coba menjelaskan.

       Anak bapak itu seorang wanita, usianya sepantaran Putri. Putri terlihat begitu terharu akan anak-bapak tersebut. Ia teringat akan keluarganya yang antah-berantah. Putri tersenyum pada mereka dan membantu memasangkan safety beld.
     Pesawat sudah pada ketinggian maksimal. Meskipun si bapak masih terlihat cemas, namun kecemasannya sudah berkurang. Putri masih saja memperhatikan mereka, mungkin saja ada yang bisa ia bantu.

     Semuanya terasa baik-baik saja, hingga terjadilah kejadian itu. Cuaca yang memburuk secara tiba-tiba, awan yang menggumpal. Lalu diiringi dengan badai. Ternyata badai dari negara tetangga sampai juga kesini. Padahal prakiraan cuaca awal tak ada menyebutkan tentang kondisi ini.

      Penumpang mulai panik, pramugari mulai sibuk menenangkan penumpang, mengatakan bahwa kondisi aman-aman saja. Kondisi semakin ricuh tak terkendali. Penumpang berteriak histeris setelah pesawat berguncang kuat. Putri lamat-lamat melihat bapak-anak itu, Bapak itu tampak sangat ketakutan, mereka saling berpelukan. Guncangan pesawat semakin hebat. Kondisi semakin tak terkendali. 

      Apa yang akan terjadi pada pesawat ini? Entahlah. Kepanikan semakin menjadi. Putri melihat sekeliling penumpang yang begitu ketakutan. Himbauan untuk tenang dari pramugari tak lagi dihiraukan. Lagi-lagi Putri mengarahkan pandangannya ke bapak-anak itu. Mereka terlihat mulai menangis memejamkan mata. Mulutnya komat-kamit mengucapkan do'a. Atau mungkin juga berdzikir. Entahlah, yang jelas melihat pemandangan itu terasa amat memilukan. Pikiran Putri mulai melayang-layang, teringat akan semua dosanya selama ia hidup. Buram, entah apa lagi yang pikirkan.

    Melihat kondisi yang semakin tak terkendali, Putri mengecek apa yang sebenarnya terjadi pada pilot. Pilot pun tak tahu apa yang sedang terjadi, badai semakin kuat. Entah apa yang akan terjadi pada pesawat ini. Putri bergegas kembali ke penumpang. Getir, yang ada hanya kegetiran yang terlihat pada wajah-wajah penumpang. Semua sibuk memanjatkan do'a berharap keajaiban akan datang menolong mereka. Tangisan terdengar bergantian bak paduan suara.

     Pesawat semakin berguncang, mungkin saat itu bukan hanya guncangan, namun juga kerusakan telah terjadi pada pesawat tersebut. Semuanya telah putus asa, hanya menunggu kehancuran pesawat itu diterpa badai kiriman itu.

     Ketika keputus-asaan telah sampai ke ubun-ubun. Dikala harapan itu tak berguna lagi. Saat kematian telah siap menjemput. Saat itulah Putri yang pikirannya yang sudah semakin tak menentu kembali mengecek ke ruang pilot. Apa yang ia dapati? pilot dan co-pilot sudah bersimbah darah tak sadarkan. Apakah mereka sudah mati? Entahlah, putri tak sempat memikirkan itu. Ia langsung mengambil kendali pesawat walaupun ia tak mengerti pengoperasiannya. Ia sudah begitu takut. Ya, takut akan kematian yang akan menjemputnya.

      Duhai pemilik alam semesta. Apalah daya hamba-Mu yang kecil. Putri tak mampu lagi mengendalikan pesawat. Pesawat akan segera hancur, meledak, atau bagaimanalah proses hancurnya. Saat ajal siap menjemput siapa aja yang ada dalam pesawat itu. Ketika itulah Putri mengucapkan kidung nan indah.

     " Ya Allah, mohon beri hamba kesempatan. Hamba akan berbaikan dengan ibu. Hamba akan menutup aurat hamba. Hamba akan bertaubat ya Allah. Ya Allah dosa ini begitu bergelimang. Selama hidup hamba tak pernah ingat akan engkau ya Allah..... 
Izinkan hamba ya Allah untuk menebus semuanya...... Izinkan ya Allah....... Berikan hamba satu kesempatan ya Allah untuk memperbaiki diri hamba...... Putri menangis sejadi-jadinya, begitu pilu menyayat hati. Putri memohon dengan permohonan sedalam-dalamnya. Baru kali itu ia dalam hidupnya bersimpuh memohon kepada dzat yang Maha segalanya.

         Selepas itu semua tak jelas apa yang terjadi. Gelap, pesawat itu hancur berkeping-keping. Mungkin saja semua sudah tewas akibat kecelakaan ini.

         Tapi ternyata, Allahu Allah. Putri selamat dari kecelakaan pesawat. Selang berapa hari ia ditemukan oleh nelayan ketika melaut dalam kondisi menyedihkan.

          Lepas itu semua apa yang terjadi? Bagaimana kehidupan Putri? Duhai makhluk yang sangat sedikit bersyukur. Setelah kejadian itu ternyata ia lupa akan semua do'anya. Do'a yang begitu agung nan indah, yang menggetarkan hati, karena dipinta dengan sepenuh hati. Allaah, dia lupa akan semua itu. Setelah diketahui ia selamat. Maka sekejap saja namanya menjadi terkenal. Ia banyak diundang ke negeri-negeri seberang menjadi pembicara. Ia sibuk dengan rutinitas dengan popularitas yang tinggi. Ia lupa bahwa ia baru saja melewati kematian yang nyaris menjemputnya.

          Ya itulah dia. Tentang berdamai dengan ibunya? Nihil? Janji berjilbabnya? Malah makin parah saja pakaiannya! Perihal akan bertaubat? Sedikitpun tk terbersit lagi. Soal akan menebus segala dosa? Hah, begitu jauh, sangat jauh dari semua kidung agung tersebut. Kontradiksi dengan semua dosa itu. Apalah hendak dikata, Putri terlena akan kehidupan dunia dan popularitasnya.

        Hah, seperti itulah kehidupan kita kawan. Kita terlena akan kehidupan dunia yang fana, hina-dina ini. kehidupan yang hanya sementara. Bukankah Allah telah mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia  hanya kesenagan yang memperdaya? (QS 3:185). Janganlah kita terperdaya kawan. Bukankah jikalau kita hendak lari dari kematian dia akan tetap menjemput kita? (QS 62:8). Sudah saatnya kita mempersiapkan bekal kita. Sudah berapa banyak Allah berikan kita kesempatan agar kembali pada-Nya. Namun semua itu kita sia-siakan dan dustakan. Tak sadarkah kita bahwa kematian selalu mengintai kita? Sudah saatnya kita kembali ke haribaan Allah, dengan menyerahkan sepenuhnya jiwa kita ini dan senantiasa membersihkan jiwa. Waktu masih ada untuk bertaubat hingga nafas tinggal ditenggorokan.

Salam Hangat dari Santri Yang Sedang Menuntut Ilmu.
Sastrawan Tarigan ( Hamba Allah yang Faqir lagi Dhaif)
Semoga Bermanfaat

0 comments:

Post a Comment