Wednesday, December 31, 2014

Catatan Akhir Tahun : Degradasi yang Semakin Tampak Nyata


  Tahun 2014 telah berlalu dan kini berganti menjadi tahun 2015. Tentunya banyak bahan evaluasi kita laksanakan baik untuk pribadi maupun secara menyeluruh. Hal ini bukan dimaksudkan untuk merayakan Tahun Baru Masehi yang jelas perayaan agama kafir. Namun, hanya untuk bahan refleksi kita. Sudah dimana posisi kita berada, apa yang sudah kita lakukan,dan bagaimana kondisi kita saat ini. Baik secara personal maupun secara keseluruhan bagi kita umat Islam. Karena bagaimanapun banyak diantara kita membuat program tahunannya dengan hitungan tahun syamsiyah baik individu maupun organisasi.

   Begitu banyak hal yang terjadi di tahun 2014 disegala bidangnya. Tahun ini sebagai musim pemilu. Tahun ini juga adalah tahun banyak pesawat berjatuhan. Tahun ini pun ditandai dengan harga BBM melambung tinggi.  Dan ditahun ini pun banyak hal lagi yang terjadi yang tak mungkin dapat dirangkum. Namun sesungguhnya permasalahannya hanya itu-itu saja.

  Dibidang pendidikan, dibuatnya kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum lama yang katanya menekankan pada pendidikan karakter, namun itu hanya pemanis kata dari pemerintah yang masih belum mau mengakui bahwa permasalahan bobroknya moral anak bangsa ada pada masalah keimanan. Belum lagi kurikulum dilaksanakan secara menyeluruh. Eh, pemerintahan yang baru terpilih melalui menteri pendidikan dasar dan menengah sudah mau menghapuskan kurikulum yang baru diterapkan dengan kurikulum lama sembari mencari konsep kurikulum baru yang pas  "katanya". Tampak terlalu banyak kepentingan didalamnya. Ini adalah degradasi dalam dunia pendidikan. Karena sesungguhnya ini bukan masalah kurikulumnya.


 Bidang politik jangan ditanya, terlalu carut-marut dan tanpa etika. Politikus saling menjatuhkan, menghina, saling pasang muka, sikut sana - sikut sini. Permasalahan parlemen yang seakan diisi segerombolan anak dan preman pasar sama sekali tak menampakkan bahwa mereka adalah wakil rakyat. Wakil golongan sudah tentu. Yang diperjuangkan sama sekali bukan aspirasi dan kebutuhan rakyat. Barangkali ada benarnya anekdot "Demi Bang-saku". Mereka berteriak lantang demi bangsa, sesungguhnya maksud mereka tak lebih dari bang- saku dia. Sungguh ironi yang kejam. Jelas ini degradasi dalam politik. Politik tanpa etika, dan juga tak lagi melihat tujuannya. Terutama bagi yang mengaku wakil Islam! Sungguh kita harus tetap punya rasa malu.

  Bidang sosial-budaya, jangan ditanya. Dipenghujung tahun ini saja kita sudah disuguhi dengan dua perayaan orang kafir, tapi seakan perayaan itu menjadi perayaan seluruh umat! Apalagi kalau bukan Natal dan Tahun Baru. Umat Muslim tak tahu dan bangga ikut merayakan kedua perayaan tersebut. Mulai dari orang awam sampai mereka yang mengaku Ulama dan cendekiawan Muslim! Sungguh fenomena yang mengiris hati ini.Dari lubuk hati terdalam, kalaulah saya mampu. Saya akan menyerukan hal ini dimana saja. Terutama di televisi agar umat tersadar! Bukan itu saja, kebudayaan barat yang semakin tidak terbendung masuk ke negeri tercinta ini. Filter yang rendah dari masyarakat membuat umat semakin terdegradasi dan tidak mengetahui lagi identitasnya sebagai sebuah masyarakat.

  Bidang agama, adalah bidang yang sangat mengkhwatirkan. Tahun ini ditandai dengan semakin meningkatnya pergerakan orang-orang liberal untuk mendangkalkan akidah umat Islam. Syi'ah yang semakin berani, ditahun ini kita tahu eksodus imigran syi'ah secara besar-besaran terjadi diberbagai tempat di Indonesia. Kaum Salibis pun semakin gencar dan kuat melakukan aksi pemurtadannya di Indonesia. Bahkan ditempat seperti Car Free Day pun tak luput jadi tempat aksi mereka. Gerakan Zionisme pun semakin berani memerangi umat Islam karena tak ada persatuan diantara kita. Belum lagi gerakan komunisme yang mulai bangkit dari tidurnya (lihat www.hidayatullah.com). Hal ini semakin diperparah dengan sikap tokoh-tokoh Muslim yang begitu dekat dengan orang kafir, dan membuat umat menjadi bingung.

  Namun, ini semua bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk berputus asa dan tidak berjuang lagi dijalan Allah. Orang-orang yang tetap istiqomah memang akan terasing dan sedikit jumlahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
 

  Maka harusnya kita menjadi bersenang hati menjadi orang-orang yang terasing dan tetap berjuang demi tegaknya agama Allah ini. Kita mampu bersinergi dan bekerjasama untuk menyongsong kejayaan Islam yang adalah suatu keniscayaan kembalinya.
  Diakhir saya kutip firman Allah dalam surat Ali 'Imran ayat 200 sebagai penguat kita dalam jalan dakwah ini.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Q.S. Ali- Imran : 200) 

 Semoga kita tetap teguh dan istiqomah dalam jalan dakwah ini. Sampai Allah memenangkan Islam ini.
 


Salam Hangat. SASTRAWAN TARIGAN
Kristolog, Da'i FSRMM Riau (www.fsrmm.com
 

0 comments:

Post a Comment