Tahun 2014 telah berlalu dan kini berganti menjadi tahun 2015. Tentunya banyak bahan evaluasi kita laksanakan baik untuk pribadi maupun secara menyeluruh. Hal ini bukan dimaksudkan untuk merayakan Tahun Baru Masehi yang jelas perayaan agama kafir. Namun, hanya untuk bahan refleksi kita. Sudah dimana posisi kita berada, apa yang sudah kita lakukan,dan bagaimana kondisi kita saat ini. Baik secara personal maupun secara keseluruhan bagi kita umat Islam. Karena bagaimanapun banyak diantara kita membuat program tahunannya dengan hitungan tahun syamsiyah baik individu maupun organisasi.
Begitu banyak hal yang terjadi di
tahun 2014 disegala bidangnya. Tahun ini sebagai musim pemilu. Tahun
ini juga adalah tahun banyak pesawat berjatuhan. Tahun ini pun ditandai
dengan harga BBM melambung tinggi. Dan ditahun ini pun banyak hal lagi
yang terjadi yang tak mungkin dapat dirangkum. Namun sesungguhnya
permasalahannya hanya itu-itu saja.
Dibidang pendidikan, dibuatnya
kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum lama yang katanya menekankan
pada pendidikan karakter, namun itu hanya pemanis kata dari pemerintah
yang masih belum mau mengakui bahwa permasalahan bobroknya moral anak
bangsa ada pada masalah keimanan. Belum lagi kurikulum dilaksanakan
secara menyeluruh. Eh, pemerintahan yang baru terpilih melalui menteri
pendidikan dasar dan menengah sudah mau menghapuskan kurikulum yang baru
diterapkan dengan kurikulum lama sembari mencari konsep kurikulum baru
yang pas "katanya". Tampak terlalu banyak kepentingan didalamnya. Ini
adalah degradasi dalam dunia pendidikan. Karena sesungguhnya ini bukan
masalah kurikulumnya.
Bidang politik jangan ditanya,
terlalu carut-marut dan tanpa etika. Politikus saling
menjatuhkan, menghina, saling pasang muka, sikut sana - sikut sini.
Permasalahan parlemen yang seakan diisi segerombolan anak dan preman
pasar sama sekali tak menampakkan bahwa mereka adalah wakil rakyat.
Wakil golongan sudah tentu. Yang diperjuangkan sama sekali bukan
aspirasi dan kebutuhan rakyat. Barangkali ada benarnya anekdot "Demi
Bang-saku". Mereka berteriak lantang demi bangsa, sesungguhnya maksud
mereka tak lebih dari bang- saku dia. Sungguh ironi yang kejam. Jelas
ini degradasi dalam politik. Politik tanpa etika, dan juga tak lagi
melihat tujuannya. Terutama bagi yang mengaku wakil Islam! Sungguh kita
harus tetap punya rasa malu.
Bidang sosial-budaya, jangan
ditanya. Dipenghujung tahun ini saja kita sudah disuguhi dengan dua
perayaan orang kafir, tapi seakan perayaan itu menjadi perayaan seluruh
umat! Apalagi kalau bukan Natal dan Tahun Baru. Umat Muslim tak tahu dan
bangga ikut merayakan kedua perayaan tersebut. Mulai dari orang awam
sampai mereka yang mengaku Ulama dan cendekiawan Muslim! Sungguh
fenomena yang mengiris hati ini.Dari lubuk hati terdalam, kalaulah saya
mampu. Saya akan menyerukan hal ini dimana saja. Terutama di televisi
agar umat tersadar! Bukan itu saja, kebudayaan barat yang semakin tidak
terbendung masuk ke negeri tercinta ini. Filter yang rendah dari
masyarakat membuat umat semakin terdegradasi dan tidak mengetahui lagi
identitasnya sebagai sebuah masyarakat.
Bidang agama, adalah bidang
yang sangat mengkhwatirkan. Tahun ini ditandai dengan semakin
meningkatnya pergerakan orang-orang liberal untuk mendangkalkan akidah
umat Islam. Syi'ah yang semakin berani, ditahun ini kita tahu eksodus
imigran syi'ah secara besar-besaran terjadi diberbagai tempat di
Indonesia. Kaum Salibis pun semakin gencar dan kuat melakukan aksi
pemurtadannya di Indonesia. Bahkan ditempat seperti Car Free Day
pun tak luput jadi tempat aksi mereka. Gerakan Zionisme pun semakin
berani memerangi umat Islam karena tak ada persatuan diantara kita.
Belum lagi gerakan komunisme yang mulai bangkit dari tidurnya (lihat www.hidayatullah.com).
Hal ini semakin diperparah dengan sikap tokoh-tokoh Muslim yang begitu
dekat dengan orang kafir, dan membuat umat menjadi bingung.
Namun, ini semua bukanlah
menjadi alasan bagi kita untuk berputus asa dan tidak berjuang lagi
dijalan Allah. Orang-orang yang tetap istiqomah memang akan terasing dan
sedikit jumlahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Maka harusnya kita menjadi bersenang hati menjadi orang-orang yang terasing dan tetap berjuang demi tegaknya agama Allah ini. Kita mampu bersinergi dan bekerjasama untuk menyongsong kejayaan Islam yang adalah suatu keniscayaan kembalinya.
Maka harusnya kita menjadi bersenang hati menjadi orang-orang yang terasing dan tetap berjuang demi tegaknya agama Allah ini. Kita mampu bersinergi dan bekerjasama untuk menyongsong kejayaan Islam yang adalah suatu keniscayaan kembalinya.
Diakhir saya kutip firman Allah dalam surat Ali 'Imran ayat 200 sebagai penguat kita dalam jalan dakwah ini.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung. (Q.S. Ali- Imran : 200)
Semoga kita tetap teguh dan istiqomah dalam jalan dakwah ini. Sampai Allah memenangkan Islam ini.
Semoga kita tetap teguh dan istiqomah dalam jalan dakwah ini. Sampai Allah memenangkan Islam ini.
Salam Hangat. SASTRAWAN TARIGAN
Kristolog, Da'i FSRMM Riau (www.fsrmm.com)
0 comments:
Post a Comment