Perkara menuntut ilmu aku yakin kita
semua sepakat bahwa hal ini suatu perkara yang sangat penting. Tidak ada
manusia yang normal mengatakan bahwa menuntut ilmu tidak penting. Lebih lanjutnya, bahwa menuntut ilmu itu
adalah sebuah kewajiban bagi tiap-tiap pribadi muslim. Maka bolehlah sedikit
kita membicarakannya.
Sebagaimana telah kita sepakati
bahwa perkara menuntut imu ini adalah suatu hal yang sangat penting. Namun, apakah sebenarnya tujuan menuntut
ilmu? Dan apa saja hal yang harus kita perhatikan dalam menuntut ilmu agar
sampai kepada tujuan?
Adapun tujuan paling awal dalam
menuntut ilmu adalah mendapatkan ridho Allah. Karena tidaklah sesuatu yang kita
kerjakan melainkan untuk menggapai ridho Allah semata. Maka menuntut ilmu pun
begitu. Kita menuntut ilmu, dan dengan ilmu itu kita semakin tahu kemahabesaran
Allah. Maka semakin bertambahlah keimanan kita dan semakin ingin diri
mendekatkan diri pada Alah untuk mendapatkan ridhoNya. Bukan malah ilmu itu
semakin menjauhkan diri dari Allah.
Imam Ibnu Jamaah rahimahullah berkata,
“Hendaknya dalam belajar ia memaksudkan hanya untuk mengharapkan ridho Allah,
mengamalkannya, menghidupkan syariahNya, menerangi hatinya, menghiasi batinnya
dan untuk mendapatkan janji Allah bagi para ahli ilmu. Sebaliknya, tidak untuk
mendapatkan hal-hal duniawi, seperti kepemimpinan, jabatan, harta, dan pujian
manusia.”
Maka tidaklah menuntut ilmu itu
ditujukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Sungguh ilmu terlalu mulia jika
hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Jika ingin mulia karena ilmu, maka
muliakanlah terlebih dahulu Sang Pemilik Ilmu dan ilmu sendiri. Sungguh takkan
mendapatkan kemuliaan ilmu, bagi orang yang memuliakan ilmu.
Berikutnya tujuan menuntut ilmu
adalah memberi manfaat bagi orang lain. Karena apalah arti ilmu jika tak
memberi manfaat kepada siapapun? Berkata Imam Syafi’i, “Ilmu bukanlah yang
dihafal seseorang, akan tetapi imu adalah apa yang bermanfaat bagi orang lain”.
Jadikanlah ilmu yang kita miliki
bermanfaat bagi orang lain. Ilmu apapun itu. Dan yang paling penting. Apapun
keilmuan kita, semuanya kita kerahkan untuk berdakwah menyeru orang kepada
agama ini dan memberantas kebodohan ditengah masyarakat. Karena suatu
kenikmatan mampu untuk berbagi imu.
Setelah membahas tujuan daripada
menuntut ilmu, selanjutnya kita bahaskan apa langkah yang harus ditempuh dalam
menuntut ilmu, sebagaimana yang telah dijelaskan para ulama.
Yang pertama dan paling utama adalah
mengikhlaskan niat karena Allah
subhanahu wata’ala. Agar dalam proses
menuntut ilmu menjadi berkah dan bernilai ibadah. Karena tidaklah yang dicari
dalam menuntut ilmu kecuali keberkahan ilmu tersebut.
Yang kedua hendaklah diri kita
merasa takut kepada allah. Jadikanlah diri merasa ada pengawasan dari Allah.
Hendaklah rasa takut dan merasa diawasi itu ada baik sendiri maupun di tempat
ramai. Imam Ahmad berkata, “ Pangkal ilmu adalah rasa takut kepada Allah”.
Yang ketiga hendaklah diri rendah
hati dan tidak sombong. Janganlah
menjadi sombong dengan apa-apa yang didapatkan dalam menuntut ilmu. Hendaklah
selalu menjaga diri dari sikap itu, dan hendaklah selalu rendah hati. Dan
hendaklah mau menerima ilmu dari siapapun, meskipun lebih muda. Ada kalimat
yang sangat bagus untuk direnungi,
Ilmu itu memusuhi pemuda yang tinggi hati
Seperti aliran air yang memusuhi dataran tinggi
Maka
hendaklah selalu menjauhi kesombongan, dan selalu rendah hati.
Keempat, hendaklah sabar dalam
menuntut ilmu. Janganlah terburu-buru
dalam menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu membutuhkan proses yang panjang.
Memang terkadang proses membuat bosan. Apalagi dimasa sekarang orang
menginginkan serta instan. Imam Syafi’i berkata, “ Jika kau tak tahan lelahnya
belajar, maka kau harus menahan perihnya kebodohan”.
Kelima, hendaklah belajar kepada
guru. Terkadang ada orang yang mempelajari sesuatu hanya dengan membaca buku
atau melalui internet. Tidak, semuanya membutuhkan guru. Karena apa-apa yang
kita baca tidak semua mampu dipahami, bahkan bisa menjadi salah pemahaman. Ada
ungkapan yang mengatakan,
Barangsiapa yang memasuki ilmu sendirian
Niscaya keluar darinya sendirian pula
Peran guru disini menjadi sangat
penting, jangan merasa bisa belajar sendiri. Khawatirlah malah akan menjadi
tersesat. Perihal ini Abu Hayan pernah bersyair,
Banyak yang menyangka buku bisa memberikan petunjuk
Kepada orang cerdas untuk menguasai ilmu
Namun, orang bodoh itu tidak tahu bahwa di dalam buku
Ada hal-hal rumit yang menjadikan akal orang cerdas kacau
Jika kau inginkan ilmu tanpa guru yang mengajari
Tentulah kau tersesat dari shiratal mustaqim
Banyak persoalan tampak kabur bagimu, sampai kau menjadi lebih
sesat dari Tuma Al-Hakam
Keenam, hendaklah seorang penuntut
ilmu memiliki adab kepada gurunya. Yang mana ia memiliki penghormatan dan
memuliakan gurunya. Bentuk penghormatan
dan memuliakan guru dapat ditunjukkan dengan beberapa cara berikut:
-janganlah
memanggil guru dengan namanya atau dengan kata kamu. Tapi katakanlah guruku,
atau guru kami.
-
fokuslah ketika mendengar penyampaiannya. Jangan main hp atau lainnya ketika
mendengarkan guru.
-
jangan bercerita ketika penyampaian guru
-mendekatlah
pada guru dan tunjukkanlah rasa gembira ketika mendengarkan penyampaiannya
-jangan
menanyai guru hanya untuk mengetes ilmunya
-jangan
bosan duduk bersamanya.
Ketujuh, jauhkanlah diri dari
mengumpul yang isi pembicaraannya hanya ngalor-ngidul. Bahkan jatuh
kepada mengghibah orang lain. Dan jauhkanlah diri dari kemaksiatan. Sebagaimana
sya’ir Imam Syafi’i kepada gurunya Imam
Waki’ bin Al-Jarrah
Aku pernah mengadukan tentang buruknya hafalanku kepada Waki’
Maka beliau memberiku arahan agar meninggalkan berbagai kemaksiatan
Dan beliau juga memberitahukan bahwa imu adalah cahaya
Sedangkan cahaya Allah tidak akan diturunkan kepada orang yang
bermaksiat
Kedelapan, hendaklah dalam menuntut ilmu memiliki ketekunan dan
ketelitian. Terutama dalam menghadapi musibah dan tugas. Diantaranya adalah:
tekun dan sabar dalam belajar dan menjalani waktu demi waktu untuk belajar
kepada guru. Karena, “Siapa yang tekun niscaya akan tumbuh”.
Kesembilan, hendaklah mengamalkan ilmu yang telah didapat. Baik
mengamalkan dengan melaksanakan perintah Allah yang telah diajari, ataupun
mengamalkan dengan mengajarkannya. Karena keutamaan ilmu itu ia semakin
bertambah dengan banyaknya nafkah(diamalkan dan diajarkan) dan berkurang
apabila kita sayang (tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya
adalah al-kitman (menyembunyikan ilmu).
Demikian hal-hal yang harus kita perhatikan dalam menuntut ilmu.
Sungguh apa-apa yang ku tuliskan ini adalah menjadi nasihat diriku sendiri yang
juga sedang dalam menuntut ilmu. Semoga kita bisa mendapatkan ilmu yang
mengantarkan diri pada ketaatan dan kebermanfaatan.
0 comments:
Post a Comment