Thursday, September 29, 2016

Menuntut Ilmu

    
            Perkara menuntut ilmu aku yakin kita semua sepakat bahwa hal ini suatu perkara yang sangat penting. Tidak ada manusia yang normal mengatakan bahwa menuntut ilmu tidak penting.  Lebih lanjutnya, bahwa menuntut ilmu itu adalah sebuah kewajiban bagi tiap-tiap pribadi muslim. Maka bolehlah sedikit kita membicarakannya.
            Sebagaimana telah kita sepakati bahwa perkara menuntut imu ini adalah suatu hal yang sangat penting.  Namun, apakah sebenarnya tujuan menuntut ilmu? Dan apa saja hal yang harus kita perhatikan dalam menuntut ilmu agar sampai kepada tujuan?
            Adapun tujuan paling awal dalam menuntut ilmu adalah mendapatkan ridho Allah. Karena tidaklah sesuatu yang kita kerjakan melainkan untuk menggapai ridho Allah semata. Maka menuntut ilmu pun begitu. Kita menuntut ilmu, dan dengan ilmu itu kita semakin tahu kemahabesaran Allah. Maka semakin bertambahlah keimanan kita dan semakin ingin diri mendekatkan diri pada Alah untuk mendapatkan ridhoNya. Bukan malah ilmu itu semakin menjauhkan diri dari Allah.
            Imam Ibnu Jamaah rahimahullah berkata, “Hendaknya dalam belajar ia memaksudkan hanya untuk mengharapkan ridho Allah, mengamalkannya, menghidupkan syariahNya, menerangi hatinya, menghiasi batinnya dan untuk mendapatkan janji Allah bagi para ahli ilmu. Sebaliknya, tidak untuk mendapatkan hal-hal duniawi, seperti kepemimpinan, jabatan, harta, dan pujian manusia.”

            Maka tidaklah menuntut ilmu itu ditujukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Sungguh ilmu terlalu mulia jika hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Jika ingin mulia karena ilmu, maka muliakanlah terlebih dahulu Sang Pemilik Ilmu dan ilmu sendiri. Sungguh takkan mendapatkan kemuliaan ilmu, bagi orang yang memuliakan ilmu.
            Berikutnya tujuan menuntut ilmu adalah memberi manfaat bagi orang lain. Karena apalah arti ilmu jika tak memberi manfaat kepada siapapun? Berkata Imam Syafi’i, “Ilmu bukanlah yang dihafal seseorang, akan tetapi imu adalah apa yang bermanfaat bagi orang lain”.
            Jadikanlah ilmu yang kita miliki bermanfaat bagi orang lain. Ilmu apapun itu. Dan yang paling penting. Apapun keilmuan kita, semuanya kita kerahkan untuk berdakwah menyeru orang kepada agama ini dan memberantas kebodohan ditengah masyarakat. Karena suatu kenikmatan mampu untuk berbagi imu.
            Setelah membahas tujuan daripada menuntut ilmu, selanjutnya kita bahaskan apa langkah yang harus ditempuh dalam menuntut ilmu, sebagaimana yang telah dijelaskan para ulama.
            Yang pertama dan paling utama adalah mengikhlaskan niat karena  Allah subhanahu wata’ala.  Agar dalam proses menuntut ilmu menjadi berkah dan bernilai ibadah. Karena tidaklah yang dicari dalam menuntut ilmu kecuali keberkahan ilmu tersebut.
            Yang kedua hendaklah diri kita merasa takut kepada allah. Jadikanlah diri merasa ada pengawasan dari Allah. Hendaklah rasa takut dan merasa diawasi itu ada baik sendiri maupun di tempat ramai. Imam Ahmad berkata, “ Pangkal ilmu adalah rasa takut kepada Allah”.
            Yang ketiga hendaklah diri rendah hati dan tidak sombong.  Janganlah menjadi sombong dengan apa-apa yang didapatkan dalam menuntut ilmu. Hendaklah selalu menjaga diri dari sikap itu, dan hendaklah selalu rendah hati. Dan hendaklah mau menerima ilmu dari siapapun, meskipun lebih muda. Ada kalimat yang sangat bagus untuk direnungi,
Ilmu itu memusuhi pemuda yang tinggi hati
Seperti aliran air yang memusuhi dataran tinggi
Maka hendaklah selalu menjauhi kesombongan, dan selalu rendah hati.
            Keempat, hendaklah sabar dalam menuntut ilmu.  Janganlah terburu-buru dalam menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu membutuhkan proses yang panjang. Memang terkadang proses membuat bosan. Apalagi dimasa sekarang orang menginginkan serta instan. Imam Syafi’i berkata, “ Jika kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus menahan perihnya kebodohan”.
            Kelima, hendaklah belajar kepada guru. Terkadang ada orang yang mempelajari sesuatu hanya dengan membaca buku atau melalui internet. Tidak, semuanya membutuhkan guru. Karena apa-apa yang kita baca tidak semua mampu dipahami, bahkan bisa menjadi salah pemahaman. Ada ungkapan yang mengatakan,
Barangsiapa yang memasuki ilmu sendirian
Niscaya keluar darinya sendirian pula
            Peran guru disini menjadi sangat penting, jangan merasa bisa belajar sendiri. Khawatirlah malah akan menjadi tersesat. Perihal ini Abu Hayan pernah bersyair,
Banyak yang menyangka buku bisa memberikan petunjuk
Kepada orang cerdas untuk menguasai ilmu
Namun, orang bodoh itu tidak tahu bahwa di dalam buku
Ada hal-hal rumit yang menjadikan akal orang cerdas kacau
Jika kau inginkan ilmu tanpa guru yang mengajari
Tentulah kau tersesat dari shiratal mustaqim
Banyak persoalan tampak kabur bagimu, sampai kau menjadi lebih sesat dari Tuma Al-Hakam
            Keenam, hendaklah seorang penuntut ilmu memiliki adab kepada gurunya. Yang mana ia memiliki penghormatan dan memuliakan gurunya.  Bentuk penghormatan dan memuliakan guru dapat ditunjukkan dengan beberapa cara berikut:
-janganlah memanggil guru dengan namanya atau dengan kata kamu. Tapi katakanlah guruku, atau guru kami.
- fokuslah ketika mendengar penyampaiannya. Jangan main hp atau lainnya ketika mendengarkan guru.
- jangan bercerita ketika penyampaian guru
-mendekatlah pada guru dan tunjukkanlah rasa gembira ketika mendengarkan penyampaiannya
-jangan menanyai guru hanya untuk mengetes ilmunya
-jangan bosan duduk bersamanya.
            Ketujuh, jauhkanlah diri dari mengumpul yang isi pembicaraannya hanya ngalor-ngidul. Bahkan jatuh kepada mengghibah orang lain. Dan jauhkanlah diri dari kemaksiatan. Sebagaimana sya’ir Imam Syafi’i kepada gurunya  Imam Waki’ bin Al-Jarrah
Aku pernah mengadukan tentang buruknya hafalanku kepada Waki’
Maka beliau memberiku arahan agar meninggalkan berbagai kemaksiatan
Dan beliau juga memberitahukan bahwa imu adalah cahaya
Sedangkan cahaya Allah tidak akan diturunkan kepada orang yang bermaksiat
            Kedelapan, hendaklah  dalam menuntut ilmu memiliki ketekunan dan ketelitian. Terutama dalam menghadapi musibah dan tugas. Diantaranya adalah: tekun dan sabar dalam belajar dan menjalani waktu demi waktu untuk belajar kepada guru. Karena, “Siapa yang tekun niscaya akan tumbuh”.
Kesembilan, hendaklah mengamalkan ilmu yang telah didapat. Baik mengamalkan dengan melaksanakan perintah Allah yang telah diajari, ataupun mengamalkan dengan mengajarkannya. Karena keutamaan ilmu itu ia semakin bertambah dengan banyaknya nafkah(diamalkan dan diajarkan) dan berkurang apabila kita sayang (tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya adalah al-kitman (menyembunyikan ilmu).

Demikian hal-hal yang harus kita perhatikan dalam menuntut ilmu. Sungguh apa-apa yang ku tuliskan ini adalah menjadi nasihat diriku sendiri yang juga sedang dalam menuntut ilmu. Semoga kita bisa mendapatkan ilmu yang mengantarkan diri pada ketaatan dan kebermanfaatan.

0 comments:

Post a Comment