Dewasa
ini, kesadaran akan ilmu agama semakin tinggi jika dibandingkan dua atau tiga
dasawarsa yang lalu. Ditandai dengan semakin maraknya syiar-syiar Islam
dimana-mana. Kajian ilmu semakin diminati. Umat semakin ingin bertanya perkara
agama pada ustadz ataupun muballigh. Keyakinan bahwa Islam adalah sebuah solusi
ditengah krisis, umat juga semakin semakin menyadari itu. Orang orientalis
mengatakan ini adalah “pembalasan Tuhan”.
Namun
tentunya hal ini saja belum cukup. Karena semangat ingin mempelajari agama
nyatanya juga dibarengi dengan arus liberalisme yang semakin tinggi.
Kasus-kasus pembuatan karikatur nabi, penginjakan al-Qur’an oleh dosen di salah
satu universitas Islam di Indonesia, pengarakan spanduk “Tuhan telah membusuk”
saat masa orientasi di salah satu universitas Islam menjadi bukti sahih tak
terbantahkan bahwa liberalisme semakin merebak ditengah umat ini. Belum lagi
permasalahan Syiah dan lainnya yang semakin berkembang.
Semangat
menggaungkan syiar Islam sudah seharusnya beriringan dengan kebangkitan dan
kembalinya marwah umat Islam. Jika gaungan syiar itu hanya sebatas tabligh
akbar, seminar, ataupun kajian ilmu. Semua ini malah terkesan seremonial dn
mubadzir. Karena jelas Islam takkan bisa menunjukkan marwahnya hanya dengan
ini.
Sudah
saatnya umat Islam menunjukkan kembali taringnya agar tak dipandang sebelah
mata. Kasus Charlie Hebdo menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya masih ada
dari umat ini yang benar-benar mencintai Allah dan rasul-Nya. Ia takkan rela
rasulullah dihina dan dibuat karikaturnya seperti itu. Walaupun akhirnya ia
harus dipenjara atau apapun hukumannya. Namun ia bisa menunjukkan rasa cinta
kepada Rasulullah Saw dengan sebenar-benar cinta. Bagaimana dengan kita?
Disini
kita bisa mengatakan Charlie Hebdo masih memiliki ghirah ataupun cemburu
ketika orang menghina dan mencaci nabi Muhammad Saw. Sehingga ia dengan gagah
berani melakukan itu demi membela Rasulullah Saw. Saya tidak katakan bahwa kita harus membunuh
orang lain tidak! Namun disini adalah contoh penegasan bahwa butuh bukti nyata
untuk menunjukkan bahwa marwah Islam itu masih ada, dan jangan coba-coba
dihina!
Kita
harus memiliki ghirah dalam beragama, agar agama ini tidak dihina orang
sesuka hatinya. Karikatur nabi kita dibuat semaunya. Merendahkan simbol-simbol
Islam. Semua itu bisa dilakukan orang karena sudah kehilangan ghirah kita! Penghina
nabi biarkanlah! Yang coba mengolok-olok al-Qur’an lanjutkanlah! Semuanya hanya
akan jadi bahan pemberitaan dan pembahasan, namun kita tek berbuat apapun untuk
kasus tersebut kecuali segolongan kecil saja.
Padahal
rasul telah memperingatkan kita dalam sabdanya perihal untuk memiliki rasa
cemburu
Sabda
Nabi : -
وعن عمار بن ياسر عن رسول الله قال ثلاثة لا يدخلون الجنة أبدا الديوث والرجلة من النساء والمدمن الخمر قالوا يا رسول الله أما المدمن الخمر فقد عرفناه فما الديوث قال الذي لا يبالي من دخل على أهله
Artinya : Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar dari Rasulullah SAW berkata : " Tiga yang tidak memasuki syurga sampai bila-bila yaitu Si DAYUS, si wanita yang menyerupai lelaki dan orang yang gemar arak" lalu sahabat berkata : Wahai Rasulullah, kami telah faham arti orang yang gemar arak, tetapi apakah itu DAYUS? , berkata nabi : "YAITU ORANG YANG TIDAK MEMPERDULIKAN SIAPA YANG MASUK BERTEMU DENGAN AHLINYA (ISTERI DAN ANAK-ANAKNYA) - ( Riwayat At-Tabrani ; Majma az-Zawaid, 4/327 dan rawinya adalah thiqat)
وعن عمار بن ياسر عن رسول الله قال ثلاثة لا يدخلون الجنة أبدا الديوث والرجلة من النساء والمدمن الخمر قالوا يا رسول الله أما المدمن الخمر فقد عرفناه فما الديوث قال الذي لا يبالي من دخل على أهله
Artinya : Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar dari Rasulullah SAW berkata : " Tiga yang tidak memasuki syurga sampai bila-bila yaitu Si DAYUS, si wanita yang menyerupai lelaki dan orang yang gemar arak" lalu sahabat berkata : Wahai Rasulullah, kami telah faham arti orang yang gemar arak, tetapi apakah itu DAYUS? , berkata nabi : "YAITU ORANG YANG TIDAK MEMPERDULIKAN SIAPA YANG MASUK BERTEMU DENGAN AHLINYA (ISTERI DAN ANAK-ANAKNYA) - ( Riwayat At-Tabrani ; Majma az-Zawaid, 4/327 dan rawinya adalah thiqat)
Kalaulah perkara untuk istri dan anak saja kita harus cemburu apatah lagi perkara
agama? Maka kita wajib memiliki cemburu untuk perkara agama. Seperti sabda nabi
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah cemburu dan cemburunya Allah itu manakala
Apalah guna
kehidupan kita yang melimpah, jika “urat” cemburu kita telah putus? Apalah guna
pangkat jabatan, kalau itu hanya sekedar pekerjaan? Seperti sabda nabi
seseorang melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. (Muttafaq Alaih)
Umat Islam tak boleh hanya mengikuti arus saja. Bak kata
peepatah jawa ‘alon alon asal kelakon’, apa yang terjadi terjadilah, dia
tak mau peduli. Biarkanlah yang penting tak mengganggu kepentingannya. Lebih baik
jadi penjilat dapat jabatan, daripada memegang teguh keyakinan tapi
terpinggirkan!
Kalaulah seperti ini, keislaman kita hanyalah sebatas agama dan
ritual saja tak lebih! Kita boleh saja membuat tabligh akbar, tapi jangan
coba-coba menjalankan apa yang disampaikan dalam tabligh akbar. Kita boleh
mengadakan majelis ilmu, tapi cukuplah ilmu itu hanya dalam otak saja, atau
bahkan menguap! Kita boleh mengadakan seminar, tapi jangan coba-coba
menjalankan hasil seminar!
Jika sudah seperti ini, maka kita boleh bicara Islam tapi
jangan Islam seperti diajarkan rasul, kita boleh bicara Islam tapi perkara
ibadah saja, kita boleh bicara Islam tapi jangan coba-coba bicara negara Islam,
kita boleh bicara Islam tapi jangan coba-coba bicara syari’at Islam! Semuanya boleh
kita bicarakan! Tapi pelaksanaan jangan coba-coba! Dan kita tek pernah
benar-benar melakukan hal serius untuk menjalankan Islam itu!
Selain
daripada itu semua, lihatlah generasi muda sekarang yang malu akan
keislamannyaa. Dia takut dibilang fanatik. Khawatir dicap radikal. Anak muda
sekarang lebih suka mengidolakan orang kafir, tapi tak malu jika tak tahu
perjalanan hidup Rasulullah. Sangat marah jika idolanya disindir atau diejek,
tapi tak masalah jika Rasulullah dicaci dihina dan direndahkan!
Anak
muda sekarang sangat malu jika memakai jilbab sesuai syari’at, tapi tak malu
memamerkan aurat. Lebih suka kehidupan malam, daripada menghidupkan sepertiga
malam. Merasa keren dengan gaya hidup sosialitanya tapi tak risih dengan
realita yang ada. Semakin jauh dari ajaran Islam. Merasa jadi anak cupu kalau
jadi anak masjid.
Kalau semua sudah seperti ini, maka
seperti syair Ali bin Abi Thalib Ra.
Sangat awaslah
kalau harta bendanya hilang, tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena
musibah
Kalaulah
kita tak punya rasa cemburu lagi terhadap agama ini, maka tak ubahnya kita
telah mati. Kalaulah tak mau menjaga mura’ah agama ini, apalah arti kita berada di
dalamnya? Dan apabia ghirah ini tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke
dalam tubuh umat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam
keranda dan hantarkan ke kuburan.1
0 comments:
Post a Comment