Sunday, May 10, 2015

Mengembalikan Ghirah Umat Islam


Dewasa ini, kesadaran akan ilmu agama semakin tinggi jika dibandingkan dua atau tiga dasawarsa yang lalu. Ditandai dengan semakin maraknya syiar-syiar Islam dimana-mana. Kajian ilmu semakin diminati. Umat semakin ingin bertanya perkara agama pada ustadz ataupun muballigh. Keyakinan bahwa Islam adalah sebuah solusi ditengah krisis, umat juga semakin semakin menyadari itu. Orang orientalis mengatakan ini adalah “pembalasan Tuhan”.

Namun tentunya hal ini saja belum cukup. Karena semangat ingin mempelajari agama nyatanya juga dibarengi dengan arus liberalisme yang semakin tinggi. Kasus-kasus pembuatan karikatur nabi, penginjakan al-Qur’an oleh dosen di salah satu universitas Islam di Indonesia, pengarakan spanduk “Tuhan telah membusuk” saat masa orientasi di salah satu universitas Islam menjadi bukti sahih tak terbantahkan bahwa liberalisme semakin merebak ditengah umat ini. Belum lagi permasalahan Syiah dan lainnya yang semakin berkembang.

Semangat menggaungkan syiar Islam sudah seharusnya beriringan dengan kebangkitan dan kembalinya marwah umat Islam. Jika gaungan syiar itu hanya sebatas tabligh akbar, seminar, ataupun kajian ilmu. Semua ini malah terkesan seremonial dn mubadzir. Karena jelas Islam takkan bisa menunjukkan marwahnya hanya dengan ini.


Sudah saatnya umat Islam menunjukkan kembali taringnya agar tak dipandang sebelah mata. Kasus Charlie Hebdo menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya masih ada dari umat ini yang benar-benar mencintai Allah dan rasul-Nya. Ia takkan rela rasulullah dihina dan dibuat karikaturnya seperti itu. Walaupun akhirnya ia harus dipenjara atau apapun hukumannya. Namun ia bisa menunjukkan rasa cinta kepada Rasulullah Saw dengan sebenar-benar cinta. Bagaimana dengan kita?

Disini kita bisa mengatakan Charlie Hebdo masih memiliki ghirah ataupun cemburu ketika orang menghina dan mencaci nabi Muhammad Saw. Sehingga ia dengan gagah berani melakukan itu demi membela Rasulullah Saw.  Saya tidak katakan bahwa kita harus membunuh orang lain tidak! Namun disini adalah contoh penegasan bahwa butuh bukti nyata untuk menunjukkan bahwa marwah Islam itu masih ada, dan jangan coba-coba dihina!

Kita harus memiliki ghirah dalam beragama, agar agama ini tidak dihina orang sesuka hatinya. Karikatur nabi kita dibuat semaunya. Merendahkan simbol-simbol Islam. Semua itu bisa dilakukan orang karena sudah kehilangan ghirah kita! Penghina nabi biarkanlah! Yang coba mengolok-olok al-Qur’an lanjutkanlah! Semuanya hanya akan jadi bahan pemberitaan dan pembahasan, namun kita tek berbuat apapun untuk kasus tersebut kecuali segolongan kecil saja.

Padahal rasul telah memperingatkan kita dalam sabdanya perihal untuk memiliki rasa cemburu
 Sabda Nabi : -

وعن عمار بن ياسر عن رسول الله قال ثلاثة لا يدخلون الجنة أبدا الديوث والرجلة من النساء والمدمن الخمر قالوا يا رسول الله أما المدمن الخمر فقد عرفناه فما الديوث قال الذي لا يبالي من دخل على أهله

Artinya : Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar dari Rasulullah SAW berkata : " Tiga yang tidak memasuki syurga sampai bila-bila yaitu Si DAYUS, si wanita yang menyerupai lelaki dan orang yang gemar arak" lalu sahabat berkata : Wahai Rasulullah, kami telah faham arti orang yang gemar arak, tetapi apakah itu DAYUS? , berkata nabi : "YAITU ORANG YANG TIDAK MEMPERDULIKAN SIAPA YANG MASUK BERTEMU DENGAN AHLINYA (ISTERI DAN ANAK-ANAKNYA) - ( Riwayat At-Tabrani ; Majma az-Zawaid, 4/327 dan rawinya adalah thiqat)

Kalaulah perkara untuk istri dan anak  saja kita harus cemburu apatah lagi perkara agama? Maka kita wajib memiliki cemburu untuk perkara agama. Seperti sabda nabi


  Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah cemburu dan cemburunya Allah itu manakala 
seseorang melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. (Muttafaq Alaih)




 Apalah guna kehidupan kita yang melimpah, jika “urat” cemburu kita telah putus? Apalah guna pangkat jabatan, kalau itu hanya sekedar pekerjaan? Seperti sabda nabi

Umat Islam tak boleh hanya mengikuti arus saja. Bak kata peepatah jawa ‘alon alon asal kelakon’, apa yang terjadi terjadilah, dia tak mau peduli. Biarkanlah yang penting tak mengganggu kepentingannya. Lebih baik jadi penjilat dapat jabatan, daripada memegang teguh keyakinan tapi terpinggirkan!

Kalaulah seperti ini, keislaman kita hanyalah sebatas agama dan ritual saja tak lebih! Kita boleh saja membuat tabligh akbar, tapi jangan coba-coba menjalankan apa yang disampaikan dalam tabligh akbar. Kita boleh mengadakan majelis ilmu, tapi cukuplah ilmu itu hanya dalam otak saja, atau bahkan menguap! Kita boleh mengadakan seminar, tapi jangan coba-coba menjalankan hasil seminar!

Jika sudah seperti ini, maka kita boleh bicara Islam tapi jangan Islam seperti diajarkan rasul, kita boleh bicara Islam tapi perkara ibadah saja, kita boleh bicara Islam tapi jangan coba-coba bicara negara Islam, kita boleh bicara Islam tapi jangan coba-coba bicara syari’at Islam! Semuanya boleh kita bicarakan! Tapi pelaksanaan jangan coba-coba! Dan kita tek pernah benar-benar melakukan hal serius untuk menjalankan Islam itu!

Selain daripada itu semua, lihatlah generasi muda sekarang yang malu akan keislamannyaa. Dia takut dibilang fanatik. Khawatir dicap radikal. Anak muda sekarang lebih suka mengidolakan orang kafir, tapi tak malu jika tak tahu perjalanan hidup Rasulullah. Sangat marah jika idolanya disindir atau diejek, tapi tak masalah jika Rasulullah dicaci dihina dan direndahkan!

Anak muda sekarang sangat malu jika memakai jilbab sesuai syari’at, tapi tak malu memamerkan aurat. Lebih suka kehidupan malam, daripada menghidupkan sepertiga malam. Merasa keren dengan gaya hidup sosialitanya tapi tak risih dengan realita yang ada. Semakin jauh dari ajaran Islam. Merasa jadi anak cupu kalau jadi anak masjid.

Kalau semua sudah seperti ini, maka seperti syair Ali bin Abi Thalib Ra.
                                       Sangat awaslah kalau harta bendanya hilang, tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena musibah
Kalaulah kita tak punya rasa cemburu lagi terhadap agama ini, maka tak ubahnya kita telah mati. Kalaulah tak mau menjaga mura’ah  agama ini, apalah arti kita berada di dalamnya? Dan apabia ghirah ini tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh umat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan.1




[1] Buya Hamka dalam bukunya Ghirah dan Tantangan Terhadap Umat Islam

0 comments:

Post a Comment