Yohanes Pembaptis menurut penuturan dari empat penginjil
adalah sepupu dan sebaya dengan Yesus, yang usianya hanya sekitar 6 bulan lebih
tua dari Yesus. Al-Qur'an tidak menyebutkan apa-apa tentang kehidupan dan karya
nabi itu kecuali bahwa Tuhan melalui para malaikat memberitahukan kepada
bapaknya, Zakaria, bahwa ia akan mempunyai seorang anak lelaki yang bernama
Yahya, yang akan memberikan kesaksian terhadap firman Allah, dan bahwa ia akan
menjadi orang yang terhormat, suci dan salah seorang nabi yan berbudi.
Tidak ada yang diketahui tentang kelahirannya selain bahwa ia adalah
seorang Nazaret yang hidup di padang gurun, makan belalang dan madu liar
menutupi tubuhnya dengan pakaian terbuat dari bulu unta, yang diikat dengan
korset kulit. Ia diyakini sebagai salah satu sekte keagamaan Yahudi yang awal
disebut “Essenes”, yang melahirkan kaum “Ibionit” kristen awal dengan ciri
utamanya adalah meninggalkan kesenangan duniawi.
Sebenarnya, istilah
Qur'ani mengenai nabi pertapa ini –“hashura” yang artinya “suci” dalam arti kata
–menunjukkan bahwa ia menjalani kehidupan membujang dalam kesucian, kemiskinan,
dan kesalehan. Ia tidak dinilai dari masa mudanya yang awal sampai menjadi
dewasa usia 30 tahun atau lebih, ketika ia memilai misi mengajarkan pertobatan
dan membaptis para pendosa yang bertobat dengan air.
Banyak sekali yang
tertarik kepada padang gurun Yudea untuk mendengarkan khotbah-khotbah yang
berapi-api dari sang nabi baru. Dan kaum Yahudi yang bertobat dibaptis dalam air
sungai Yordan. Ia mencerca kaum Pharisee yang berpendidikan namun fanatik dan
para pendeta dan mengancam kaum Saduqee (Saducee) yang terpelajar namun
rasionalis dengan balasan yang kelak akan menimpa mereka. Ia menyatakan bahwa ia
membaptis mereka dengan air hanya sebagai tanda penyucian hati lewat penebusan
dosa. Ia mengabarkan bahwa akan datang setelah dirinya nabi lain yang akan
membaptis mereka dengan roh kdudus dan api, yang akan mengumpulkan gandum
kedalam lumbung-lumbung dan membakarnya dengan api yang tak terpadamkan.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa orang yang akan datang kemudian itu jauh lebih
kuat darinya dalam segi kekuatan dan martabat sehingga Yohanes Pembaptis mengaku
tidak layak baginya untuk membungkuk untuk membukakan ikatan dan melepaskan
sepatunya.
Pada salah satu pelaksanaan pembaptisan yang agung inilah
Yesus dari Nazaret juga masuk kedalam air Sungai Yordan dan dibaptis oleh nabi
Yahya seperti lainnya. Markus (1:9) dan Lukas (3:21) yang melaporkan pembaptisan
Yesus oleh Yohanes ini tidak tahu ucapan-ucapan Yohanes mengenai hal ini seperti
disebut dalam Matius (3) dimana dinyatakan bahwa Yohanes berkata kepada Yesus,
“Akulah yang dibaptis oleh mu, dan apakah engkau akan datang kepadaku?”
Dilaporkan juga bahwa Yesus menjawab :”Marilah kita memenuhi kebenaran”, dan
kemudian ia membaptisnya. Injil sinoptik itu menyatakan bahwa roh kenabian turun
kepada Yesus dalam bentuk seekor merpati ketika ia keluar dari air, dan
terdenfar suara yang mengatakan, “Inilah anakku yang terkasih, aku rido
kepadanya”.
Injil keempat tidak mengatakan apapun tentang Yesus yang
dubaptis oleh Yohanes, tetapi mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis, ketika ia
melihat Yesus, berseru,”Lihatlah domba Tuhan…” (Yohanes 1:36) menganggap bahwa
Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis, dan setelah meninggalkan gurunya
kemudian membahwa saudaranya, Simon kepada Yesus (Yohanes pasal 1). Cerita ini
kontradiksi sekali dengan pernyataan-pernyataan para penginjil-penginjil lainnya
seperti Matius 4:18-19 dan Markus 1:16-18.
Dalam Injil Lukas, kisah
diatas berbeda sama sekali. Disini Yesus mengenal Simon Petrus sebelum ia
dijadikan murid (Lukas pasal 4) dan keadaan yang menyebabkan sang guru
memasukkan anak-anak Yonah dan Zebedee dalam daftar muridnya adalah sama sekali
asing bagi para penginjil lainnya (Lukas 4:1-11).
Keempat Injil Gereja
trinitas mengandung banyak pernyataan yang kontradiksi tentang hubungan keluarga
antara dua nabi sepupuan. Dalam Injil keempat kita membaca bahwa Yohanes
Pembaptis tidak mengetahui siapakah itu Yesus sampai setelah pembaptisannya,
ketika sebuah roh seperti seekor burung merpati turun dan berdiam dalam dirinya
(Yohanes pasal 1:31-32). Tetapi justru Injil Lukas mengatakan bahwa Yohanes
Pembaptis ketika masih berada dalam rahim ibunya, mengetahui dan memuja Yesus
yang juga sebagai janin yang lebih muda didalam rahim Maria (Lukas 1:44).
Kemudian lagi-lagi dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis ketika berada dalam penjara
dimana ia dipenggal kepalanya (Matius pasal 11 dan pasal 14), tidak mengetahui
sifat sesungguhnya dari misi Yesus!
Ada indikasi misterius yang
tersembunyi dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pendeta dan kaum
Lewi kepada Yohanes Pembaptis . Mereka bertanya kepada Yohanes Pembaptis
“… ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan
orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku
dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya:
"Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi
yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" (Yohanes 1:19-21).
Selanjutnya para pendeta dan kaum Lewi berkata:
"…Mengapakah engkau
membaptis, jika engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi itu?"
(Yohanes 1:25)
Oleh karena itu, akan diketahui bahwa, menurut Injil
keempat, Yohanes bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan pula
“nabi itu” .
Dan saya mengajukan pertanyaan kepada Gereja-gereja Kristen yang percaya bahwa
sumber insipirasi dari semua pernyataan-pernyataan yang kontradiksi adalah Holy
Ghost –salah satu tuhan dari tiga tuhan dalam Trinitas- yang dimaksudkan oleh
para pendeta Yahudi, apakah Paus dan patriarch tahu siapakah “nabi yang akan
datang itu”? Jika tidak, lalu apa manfaat duniawi dari Injil palsu yang telah
ditambah-tambah ini? Sebaliknya, jika Anda memang tahu siapa “nabi yang akan
datang”, lantas mengapa Anda terus saja diam?
Dalam kutipan diatas
(Yohanes pasal 1) dengan jelas dinyatakan bahwa Yohanes bukanlah seorang nabi.
Sedangkan kontradiksi dengan pernyataan Yohanes, Yesus dilaporakan telah berkata
bahwa tidak ada manusia yang dilahirkan perempuan lebih besar daripada Yohanes
(Matius 11:11). Benarkah Yesus membuat pernyataan kontradiksi itu? Apakah
Yohanes lebih besar daripada Ibrahim, Musa, Daud, bahkan Yesus sendiri? Dan
dalam hal apa keunggulan dan kebesarannya ?
Seandainya kesaksian Yesus
tentang Yohanes adalah otentik dan benar, maka kebesaran Yohanes sang “pemakan
belalang dipadang gurun” hanyalah terletak pada pembuangan dirinya secara
mutlak. Pengorbanan kepentingan diri dan menahan diri dari kepentingan duniawi,
keinginannya yang berapi-api untuk mengajak manusia kepada penebusan dosa, dan
kabar baiknya tentang
“nabi itu ”?
Atau apakah kebesarannya
karena sebagai sepupu, sebaya dengan saksi Yesus? Nilai dan kehebatan seorang
manusia dan juga seorang nabi dapat ditentukan dan dinilai dari karyanya. Kita
sama sekali tidak tahu jumlah orang yang berubah keyakinan melalui
khotbah-khotbah dan disucikan lewat pembaptisan Yohanes. Juga tidak mengetahui
tentang efek pembaptisan Yohanes terhadap perubahan sikap bangsa Yahudi yang
bertobat!
Konon Yesus telah mengatakan bahwa Yohanes adalah
reinkarnasi nabi Elia (Matius 11:4 ; Matius 17:12; Lukas 1:17), padahal dengan
jelas Yohanes mengatakan bahwa dia bukan Elia, bukan Kristus, dan bukan pula
nabi itu (Yohanes 1:19-21).
Sekarang, apakah dapat dipercaya
Injil-Injil yang penuh pernyataan bertentangan yang saling menentang dan
menyangkal ini, seseorang menarik kesimpulan dengan benar? Atau dapatkah ia
menemukan kebenaran? Tanggung jawab ini sangat penting dan serius, karena
orang-orang yang bersangkutan bukanlah manusia biasa seperti kita, melainkan dua
orang nabi yang diciptakan dalam rahim melalui roh dan lahir secara ajaib –yang
satu tidak punya bapak, sedangkan orang tua yang satu lagi merupakan pasangan
lanjut usia yang mandul.
Daya tarik tanggung jawab ini bahkan lebih
gawat lagi ketika kita memperhatikan dokumen-dokemen berisi penyataan-pernyataan
kontradiktif ini. Periwayatnya adalah para penginjil, orang-orang yang dikatakan
menerima ilham dari Roh Kudus, dan catatannya diyakini Kristen sebagai wahyu
Tuhan!
Namun ada kebohongan, pernyataan palsu, atau dusta dalam Bibel
atau Injil yang dipegang umat Kristen saat ini. Kedatangan Elia adalah sebelum
“nabi itu” (Maleakhi 4:5-6). Yesus berkata:”Yohanes adalah Elia”. Yohanes
berkata:”Aku bukan Elia”. Dan kitab suci Kristen lah yang membuat pernyataan
saling menyangkal ini!
Benar-benar mustahil menemukan kebenaran dari
Injil-Injil ini, kalau Injil-Injil tersebut tidak dibaca dan diperiksa dari
sudut pandang Islam dan Ahlul Tauhid. Hanya setelah itu lah kebenaran dapat
dipisahkan dari kepalsuan. Hanya semangat dan keyakinan Islam yang dapat
menyerang Bible (alkitab) dan membuang dedak dan kesalahan-kesalahan dari
halaman-halamannya.
Sebelum meneruskan lebih jauh dengan menunjukkan
bahwa nabi yang diramal oleh Yohanes Pembaptis adalah nabi Muhammad, saya harus
menarik perhatian pembaca yang serius kepada satu atau dua hal penting lainnya:
Pertama, bisa dikatakan bahwa umat Muslim memberikan penghormatan yang
paling tinggi kepada semua nabi, terutama kepada para nabi yang namanya disebut
dalam Al-Qur'an seperti Yohanes (Yahya) dan Yesus (Isa). Namun karena kita tidak
memiliki alkitab yang asli, konsekuensinya kita tidak dapat membayangkan
kemungkinan bahwa salah satu dari dua hamba Allah yang agung ini saling
bertentangan.
Soal penting lainnya yang harus diketahui adalah diamnya
Injil Barnabas tentang Yohanes Pembaptis, dan ini adalah sangat penting. Injil
ini, yang tidak pernah menyebutkan nama Yohanes, menisbahkan ramalannya tentang
“nabi yang lebih kuat” sebagai ucapan yang keluar dari mulut Yesus. Didalam
Injil Barnabas, Yesus ketika berbicara tentang roh Muhammad yang telah
diciptakan sebelum roh-roh nabi lainnya, mengatakan bahwa saking mulianya
Muhammad sampai-sampai ketika ia datang, Yesus merasa dirinya tidak pantas untuk
berlutut dan membuka tali-tali sepatunya (Barnabas 42:3).
Sang “penyeru”
di padang gurun dalam khotbah-khotbahnya kepada khalayak ramai, biasa berseru
dengan keras dan berkata, “Aku membaptismu dengan air untuk pertobatan dan
pengampuanan dosa-dosa. Namun ada orang yang akan datang setelah ku lebih yang
lebih kuat dariku, yang mana untuk membuka tali-tali sepatunya pun aku tidak
pantas. Ia akan membaptismu dengan roh dan api”. Kata-kata ini secara berbeda
dilaporkan oleh para penginjil, namun semua menunjukkan arti yang sama yaitu
respek dan perhatian yang paling tinggi terhadap kepribadian yang mengagumkan
dan martabat yang penuh keagungan untuk seorang “nabi yang kuat” yang
diramalkan. Kata-kata Yohanes Pembaptis ini sangat deskriptif tentang keramahan
dan sikap hormat gaya timur yang diberikan kepada tamu yang bermartabat. Begitu
sang tamu melangkah masuk, sang tuan rumah atau salah seorang anggota keluarga
buru-buru melepaskan sepatunya, dan mengantarnya ke bangku atau alas duduk.
Ketika sang tamu pamit maka perbuatan hormat yang sama diulanginya. Ia dibantu
mengenakan sepatunya dengan cara diikat sepatunya oleh tuan rumah.
Yang
dimaksud oleh Yohanes Pembaptis adalah bahwa jika ia menemui nabi yang
bermartabat itu maka ia pasti menganggap dirinya tidak patut mendapat kehormatan
untuk membungkuk guna membuka tali sepatunya. Dari penghormatan ini yang
diberikan sebelumnya oleh Yohanes Pembaptis, ada satu hal pasti: Bahwa nabi yang
diramalkan itu dikenal oleh semua nabi sebagai Adon (tuan) mereka, karena kalau
tidak maka Yohanes pun tidak akan melakukan pengakuan yang sangat rendah hati
seperti itu.
Kini kita masih harus menentukan identitas dari “nabi itu”.
Oleh karena itu, artikel ini harus dibagi kedalam dua bagian, yakni:
- Nabi yang diramalkan itu bukan Yesus, dan
- Nabi yang diramalkan itu adalah Muhammad.
Semua orang tahu bahwa gereja-gereja Kristen selalu menganggap
Yohanes Pembaptis sebagai bawahan Yesus, dan pembawa berita tentang
kedatangannya. Semua juru tafsir Kristen menunjukkan Yesus sebagai objek
penyaksian dari nubuat Yohanes.
Meskipun bahasa para penginjil telah
diselewengkan oleh orang-orang yang melakukan penambahan atau penyisipan ke arah
itu, namun kecurangan atau kesalahan tidak selamanya dapat lepas dari sorotan
mata yang tajam seorang kritikus dan pemeriksa yang objektif. Yesus tidak dapat
menjadi objek penyaksian Yohanes karena:
- Kata depan “setelah” dengan jelas mengecualikan Yesus dari nabi yang
diramalkan. Mereka berdua sezaman dan lahir di tahun yang sama. “Dia yang datang
setelahku” kata Yohanes, “Lebih kuat dariku”. Kata “setelah” ini mengindikasikan
masa yang akan datang pada suatu jarak yang tak terbatas, dan dalam bahasa
profetis hal itu mengungkapkan satu siklus waktu atau lebih.
Kaum Sufi
dan orang-orang yang menjalani kehidupan spiritual dan pertapaan sangat
mengetahui bahwa pada setiap siklus yang dianggap sebagai sama dengan lima atau
enam abad, muncul seorang tokoh besar yang terkenal yang dikelilingi oleh
beberapa “satelit” yang terlihat dibelahan dunia yang berbeda-beda, dan
memperkenalkan gerakan-gerakan keagamaan dan sosial yang hebat yang berlangsung
selama beberapa generasi sampai muncul nabi yang bersinar lainnya, disertai oleh
banyak murid dan sahabat, membawa pembaruan dan pencerahan yang luar
biasa.
Sejarah agama yang benar, mulai dari Ibrahim sampai Muhammad,
karenanya dihiasi dengan berbagai peristiwa yang membuka zaman baru dibawah
Ibrahim, Musa, Daud, Zorobabel, Yesus, dan Muhammad. Masing-masing zaman ini
ditandai dengan hal-hal khusus, dan membuat suatu kemajuan lalu berangsur hilang
dan membusuk hingga tokoh terkenal lainnya tampil, dan terus begitu sampai
lahirnya Yohanes, Yesus, dan rasul-rasul “satelit”.
Yohanes mendapati
bangsanya sudah bekerja keras dibawah penindasan Romawi. Ia menyaksikan kaum
Yahudi yang bodoh disesatkan oleh kependetaan yang korup dan arogan. Kitab-kitab
suci yang diselewengkan dan digantikan oleh literatur peninggalan leluruh yang
takhayul. Ia menemukan bahwa kaum itu telah kehilangan semua harapan akan
penyelamatan, kecuali kalau Ibrahim menyelamatkan mereka.
Yohanes
mengatakan kepada mereka bahwa Ibrahim tidak menghendaki mereka menjadi
anak-anakny, karena mereka tidak patut memiliki bapak seperti itu. Tetapi “Allah
dapat menghidupkan anak-anak Ibrahim dari batu-batu” (Matius 3:9). Kemudian
mereka memiliki sedikit harapan pada seorang mesias, seorang yang mereka anggap
keturunan Daud, akan datang dan mengembalikan kejayaan mereka di
Yerusalem.
Kini ketika perutusan kaum Yahudi dari Yerusalem
bertanya,”Apakah engkau Mesias?” dengan jengkel ia menjawab, “Tidak” terhadap
pertanyaan ini dan juga tentang pertanyaan mereka berikutnya. Tuhan sendiri tahu
apa omelan dan teguran yang mereka dengar dari ucapan-ucapan pedas nabi dari
padang gurun itu yang secara hati-hati tidak dibiatkan muncul dalam tulisan oleh
Gereja dan Sinagog.
Dengan mengesampingkan pernyataan-pernyataan yang
berlebihan, yang jelas-jelas telah ditambahkan pada Injil. Kami sepenuhnya
percaya bahwa Yohanes memperkenalkan Yesus kepada Mesias sejati dan menasehati
kepada khalayak ramai agar menaatinya serta mengikuti perintah-perintahnya.
Tetapi, dengan jelas ia mengatakan kepada kaumnya bahwa ada seorang nabi lain,
dan yang terakhir, yang saking agungnya dan bermartabatnya dihadapan Allah,
membuat Yohanes tidak pantas membuka tali sepatunya.
- Tidak mungkin Yesus sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yohanes. Karena
seandainya demikian halnya, maka ia akan sudah mengikuti Yesus dan tunduk
padanya seperti murid-murid Yesus lainnya. Tetapi kenyataannya adalah kita
menemukan Yohanes berkhotbah, membaptis, menerima calon anggota dan murid,
menghukum Raja Herod, mencaci hierarki kaum Yahudi, dan meramalkan kedatangan
Nabi lain yang “lebih kuat” dari dirinya, tanpa sedikitpun Yohanes memperhatikan
kehadiran Yesus di Yudea atau Galilea.
- Meskipun gereja-gereja Kristen telah menjadikan Yesus sebagai salah satu
Tuhan atau anak dari salah satu Tuhan. Fakta bahwa ia dikhitab seperti semua
orang Israel dan dibaptis oleh Yohanes seperti kaum Yahudi biasa, membuktikan
bahwa yang terjadi adalah hal sebaliknya.
Kata-kata yang dipertukarkan
antara Yohanes Pembaptis dan yang dibaptis di Sungai Yordan, nampak sekali
sebagai sebuah penyisipan, karena keduanya kontradiksi dan bersifat saling
memperdayakan.
Seandainya Yesus lebih kuat, sebagaimana yang diramalkan oleh
Yohanes sehingga membukakan tali sepatupun maka Yohanes tak layak, dan bahwa ia
akan membaptis dengan roh dan api. Maka tidak perlu dan juga tidak ada guna apa
pun untuk membaptis dia disungai oleh mereka yang lebih rendah darinya seperti
kaum Yahudi biasa yang bertobat! Ungkapan Yesus, “Kita harus memenuhi semua
keadilan” sangatlah tidak dapat dimengerti. Mengapa dan Bagaimana semua keadilan
akan dijalankan oleh mereka jika Yesus dibaptis? Ungkapan ini sama sekali tidak
dapat dipahami. Ungkapan itu adalah sisipan, atau kalau tidak, kalimat yang
sengaja dipotong.
Inilah contoh lain yang harus dipecahkan dan
ditafsirkan dengan spirit Islam. Dari sudut pandang seorang Muslim, satu-satunya
pengertian dalam ungkapan Yesus ini adalah bahwa Yohanes, lewat penglihatan
seorang peramal atau “sophi”, merasakan watak kenabian dari Yesus dan menganggap
Yesus untuk sementara sebagai nabiNya yang terakhir dan yang paling agung,
sehingga konsekuensinya segan untuk membaptisnya, dan bahwa hanya ketika Yesus
mengakui identitas dirinyalah baru Yohanes setuju untuk membaptisnya.
- Fakta bahwa Yohanes ketika berada dalam penjara mengutus para muridnya
kepada Yesus, dengan bertanya, “Apakah engkau nabi yang akan datang, atau
haruskah kami mengharapkan nabi yang lain?” dengan jelas menunjukkan bahwa
Yohanes tidak mengetahui karunia kenabian pada Yesus sampai ia mendengar –
ketika dalam penjara – tentang mukjizat-mukjizatnya.
Kesaksian Matius
(11:3) bertentangan dan membatalkan kesaksian Injil keempat (Yohanes pasal 1),
dimana dinyatakan bahwa ketika Yohanes melihat Yesus, maka Yohanes
berseru,”Lihatlah domba Tuhan yang memikul dosa dunia”! Penginjil ke empat tidak
tahu apa-apa tentang kematian Yohanes secara kejam (Matius pasal 14 dan Markus
pasal 6).
Dari sudut keyakinan Ahlultauhid Muslim, adalah suatu
kemustahilan seorang nabi mengucapkan hal-hal yang berbau musyrik seperti itu
kepada Yesus. Jika Yesus adalah “domba Tuhan” yang menebus dosa dunia, maka
khotbah Yohanes akan menggelikan dan tidak berarti. Lagi pula, Yohanes lebih
mengetahui dari siapa pun bahwa kata-kata seperti itu yang keluar dari mulutnya
akan menyebabkan –sebagaimana yang telah terjadi sekarang- kesalahan yang tidak
dapat diperbaiki yang sepenuhnya akan menjelekkan dan merusak
gereja.
Akar kesalahan yang telah mengotori agama kristen itu harus
dicari dan ditemukan dalam usaha “pengorbanan orang lain” yang pandir ini!
Sudahkah sang “Domba Tuhan” (Yesus) menghilangkan dosa dunia? Halaman-halaman
gelap “sejarah Eklesiastikal” dari setiap gereja yang bermusuhan dan “bid’ah”
akan menjawab dengan kata “Tidak!” yang besar. “Domba-domba” dalam kotak-kotak
pengakuan dapat menceritakan kepada Anda dengan rintihan-rintihan mereka bahwa
beratnya aneka warna dosa yang sangat besar dibebankan diatas pundak-pundak
mereka bahwa masih ada dosa-dosa, pembunuhan, pencurian, mabuk-mabukan,
perzinaan, perang, penindasan, perampokan, dan ketamakan yang pernah
puas.
- Yohanes Pembaptis tidak mungkin sebagai perintis jalan bagi Yesus dalam
pengertian sebagaimana Gereja menafsirkan misinya. Ia diperkenalkan kepada kita
oleh kitab-kitab Injil sebagai “suara yang berseru keras di padang gurun”,
sebagai pemenuhan nubuat Yesaya (40:3) dan sebagai pengabar Yesus atas wewenang
nabi Maleakhi (Maleakhi 3:1).
Menegaskan bahwa misi atau tugas Yohanes
Pembaptis adalah mempersiapkan jalan dan Yesus dalam kapasitasnya sebagai
penakluk yang jaya yang datang “tiba-tiba ke baitnya” dan disana menegakkan
agama “Syalom” dan menjadikan Yerusalem beserta baitnya lebih megah daripada
sebelumnya (Hagai 2:6-9), berarti mengakui kegagalan mutlak dari seluruh
usaha.
Namun demikian, satu hal sama besarnya dengan 2+2=4 –bahwa
keseluruhan proyek, menurut pandangan yang berlebihan dari umat Kristen,
menunjukkan kegagalan total. Karena, dari sudut apapun kita mengkaji segala
interpretasi gereja, kegagalan nampak jelas sekali. Bukannya menyambut Sang
pangeran di gerbang bait Yerusalem dengan mengenakan mahkota ditengah-tengah
sambutan kegembiraan bangsa Yahudi. Justru “Sang Perintis” yakni Yohanes malahan
menyambut Yesus dengan bertelanjang kaki ditengah Sungai Yordan, dan kemudian
memperkenalkannya, setelah membenamkan atau mencelupkan gurunya ke dalam air,
kepada khalayak dengan berkata, “Lihatlah ini adalah sang Mesias” atau “Ini
adalah Anak Tuhan” atau ditempat lain “Lihatlah Domba Tuhan” sama dengan
benar-benar menghina orang-orang Israel atau, kalau tidak, melecehkan, atau
semata-mata mengejek Yesus dan juga membuat dirinya tidak wajar.
- melalui hal ini, semuanya telah jelas bahwa yang diramalkan oleh nabi Yohanes(Yahya) adalah nabi mulia, nabi akhir zaman.begitu juga dari nabi-nabi lain yang menubuahkan nabi Muhammad sebagai nabi Muhammad. dan konspirasi Paulus dalam merusak Injil, menjadi sangat terlihat dengan kontradiktifnya Alkitab. namun, hal yang harus dicatat adalah. Paulus tidak mampu menghilangkan jejak kehadiran Nabi Muhammad melalui Bible, sekalipun dia telah merubah dan mengutak-atik isinya. Subhanallah, semoga kita semakin mencintai Nabi Muhammad dan berjuang dalam Islam serta semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala.
semoga bermanfaat ya ikhwah :-)
0 comments:
Post a Comment